Peluang Usaha Mandiri

Monday, April 27, 2009

Perkembangan Celah Tabungan-Investasi di Indonesia

Krisis yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, selain menyebabkan terdepresiasinya nilai rupiah, juga telah menimbulkan kontraksi ekonomi yang sangat dalam. Penurunan nilai tukar rupiah yang tajam disertai dengan terputusnya akses ke sumber dana luar negeri menyebabkan turunnya kegiatan produksi secara drastis dan berkurangnya kesempatan kerja sebagai akibat tingginya ketergantungan produsen domestik pada barang dan jasa impor. Pada saat yang sama, kenaikan laju inflasi yang tinggi dan penurunan penghasilan masyarakat telah mengakibatkan merosotnya daya beli masyarakat menurun drastis dan kantong-kantong kemiskinan domestik semakin meluas.
Dampak negatif dari situasi krisis yang terjadi di Indonesia terhadap kegiatan konsumsi dan investasi, ternyata telah membalikkan posisi kesenjangan tabungan dan investasi (saving-investment gap) dari defisit selama periode sebelum krisis (1990 – 1997) menjadi surplus setelah periode krisis (1998 – 2007).
Gambaran terperinci mengenai perkembangan celah tabungan-investasi di Indonesia, selama periode 1990-2007 diberikan pada tabel berikut:
Tabel : Perkembangan Celah Tabungan-Investasi di Indonesia Periode 1990 - 2007

Sumber: Diolah dari data pada tulisan sebelumnya mengenai investasi dan tabungan sebelumnya di blog ini
Dari tabel diatas terlihat bahwa selama periode 1990 – 1997, Indonesia mengalami celah tabungan-investasi yang negatif, dalam kisaran 2,0 – 3,6 persen, dengan rata-rata gap sebesar 2,5 persen dari PDB. Secara nominal, seperti terlihat pada tabel, ini juga berarti bahwa selama periode tersebut, pembiayaan luar negeri untuk investasi di Indonesia rata-rata setiap tahunnya sebesar Rp 9,7 trilyun.
Setelah krisis (1998 – 2007), sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, celah tabungan-investasi menunjukkan angka positif, dalam kisaran 0,2 – 7,1 persen. Secara nominal, ini juga berarti bahwa selama periode tersebut, terdapat potensi investasi yang belum termanfaatkan di Indonesia rata-rata setiap tahunnya sebesar Rp 61,8 trilyun. Potensi investasi ini bahkan dalam tiga tahun terakhir (2004 – 2007) cenderung menunjukkan peningkatan.
Fakta ini menunjukkan bahwa peningkatan investasi sesungguhnya sangat memungkinkan terutama mengingat potensi tabungan domestik yang masih berada di atas tingkat investasi. Selain itu, fakta ini juga memberikan arti bahwa persoalan investasi di Indonesia sesungguhnya bukan terletak pada faktor kurangnya pembiayaan, tetapi lebih kepada iklim investasi yang kurang mendukung pengembangan usaha.
Hal lain yang menarik dari perkembangan celah tabungan-investasi ini adalah bahwa di tingkat pemerintah, rata-rata angka celah tabungan-investasi bernilai negatif baik pada periode sebelum maupun setelah krisis (meskipun pada tahun 1994 – 1997 sempat mengalami angka positif). Sebaliknya di tingkat masyarakat, rata-rata celah tabungan-investasi bernilai negatif pada periode sebelum krisis (terutama tahun 1994-1997) menjadi bernilai positif pada periode setelah krisis.
Celah tabungan-investasi yang bernilai negatif di tingkat pemerintah menunjukkan adanya defisit fiskal. Ini juga berarti bahwa pemerintah perlu lebih mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan pemerintah dan menggunakannya secara efektif. Optimalisasi sumber-sumber penerimaan pemerintah antara lain dilakukan dengan jalan reformasi perpajakan. Pengurangan tarif pajak yang ditempuh untuk memperbaiki iklim investasi harus diimbangi dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak. Konsekuensi dari defisit fiskal yang terus menerus ini akan berdampak kepada semakin besarnya pinjaman luar negeri pemerintah untuk menutup defisit tersebut. Pada tahap selanjutnya, hal ini tentu akan berdampak pada semakin besarnya beban hutang pemerintah.
Gambaran secara rinci mengenai perkembangan celah tabungan-investasi sebagai persentase dari PDB di Indonesia selama periode 1990 – 2007 diberikan pada gambar berikut:
Gambar: Perkembangan Celah Tabungan-Investasi di Indonesia selama Periode 1990 – 2007 (dalam persen terhadap PDB)


Artikel lainnya:

No comments:

Post a Comment

 
(c) free template