Peluang Usaha Mandiri

Monday, April 27, 2009

Tabungan Domestik Indonesia: Perkembangan dan Volatilitas

Pertumbuhan ekonomi membutuhkan peningkatan investasi. Peningkatan investasi pada gilirannya membutuhkan dana pembiayaan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari kedua sumber pembiayaan ini, sumber dana dalam negeri seyogyanya merupakan sumber pokok pembiayaan. Terutama dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi jangka panjang, dimana suatu negara haruslah mendasarkan pembiayaan investasi dari sumber dalam negeri. Dari berbagai sumber pembiayaan dalam negeri, tabungan domestik merupakan salah satu faktor penting bagi pembiayaan.
Tabungan dalam negeri dapat bersumber dari tabungan masyarakat/swasta, maupun tabungan pemerintah. Dalam konteks tabungan domestik, idealnya kedua komponen tersebut harus dapat ditingkatkan secara sinergis dan bersamaan.
Gambaran terperinci mengenai perkembangan tabungan domestik di Indonesia, baik tabungan masyarakat maupun pemerintah selama periode 1990-2007 diberikan pada tabel berikut:
Tabel : Perkembangan Tabungan Domestik di Indonesia Selama Periode 1990 - 2007

Keterangan: Volatilitas merupakan standar deviasi dari pertumbuhan. KV Volatilitas=koefisien variasi volatilitas yang dihitung dari volatilitas dibagi rata-rata pertumbuhan (nilai absolut).
Sumber: Dirangkum dan diolah dari Buku Repelita VI, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) berbagai tahun, Laporan Perekonomian Indonesia (Bank Indonesia) berbagai tahun

Pada tahun 2007, total tabungan domestik di Indonesia mencapai Rp 1.084,3 trilyun. Angka ini lebih dua puluh kali lipat dibandingkan tabungan pada tahun 1990 yang sebesar Rp 53,8 trilyun.
Tabungan tersebut bersumber dari pemerintah maupun masyarakat/swasta. Meskipun demikian, kontribusi tabungan pemerintah relatif kecil. Dari total tabungan pada tahun 2007, hanya 8,03 persen (Rp 87,1 trilyun) yang merupakan tabungan pemerintah, sedangkan sebagian besar lainnya (91,97 persen atau Rp 997,3 trilyun) merupakan tabungan masyarakat. Selain itu, jika dilihat selama periode 1990 – 2007, perkembangan tabungan pemerintah juga relatif lebih lambat dibandingkan tabungan masyarakat. Total tabungan masyarakat pada tahun 2007 lebih dua puluh dua kali lipat dibandingkan tabungan masyarakat pada tahun 1990, sedangkan tabungan pemerintah tahun 2007 hanya sekitar sembilan kali lipat dibandingkan keadaan tahun 1990.
Tabel diatas juga menunjukkan bahwa rata-rata tabungan tetap lebih tinggi pada periode setelah krisis (1998 – 2007) dibandingkan periode sebelum krisis (1990 – 1997). Namun demikian, jika dilihat lebih jauh, rata-rata tabungan yang lebih tinggi ini ternyata juga diikuti oleh koefisien variasi volatilitas yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa perkembangan tabungan di Indonesia pada periode setelah krisis lebih berfluktuasi dibandingkan periode sebelum krisis. Fakta lebih tingginya fluktuasi tabungan ini terlihat baik pada tabungan pemerintah maupun masyarakat.
Selanjutnya, jika dibandingkan tabungan terhadap PDB Indonesia, dapat dikemukakan bahwa selama periode 1990-2007, rata-rata persentase tabungan terhadap PDB adalah 26,5 persen, dengan persentase tabungan pemerintah terhadap PDB sebesar 4,3 persen dan tabungan masyarakat terhadap PDB sebesar 22,2 persen. Membandingkan kondisi sebelum dan sesudah krisis menunjukkan bahwa secara total, persentase tabungan terhadap PDB menurun dari 27,1 persen pada periode sebelum krisis menjadi 26,0 persen pada periode setelah krisis. Tabungan pemerintah turun dari 6,6 persen menjadi 2,5 persen. Namun demikian, tabungan masyarakat meningkat dari 20,5 persen menjadi 23,5 persen.
Setelah krisis, fluktuasi persentase tabungan terhadap PDB menunjukkan peningkatan, yang terlihat dari peningkatan nilai koefisien variasi volatilitas. Hal ini terlihat baik pada tabungan total, tabungan pemerintah maupun tabungan masyarakat.
Gambaran secara rinci mengenai perkembangan tabungan sebagai persentase dari PDB di Indonesia selama periode 1990 – 2007 diberikan pada gambar berikut:
Gambar: Perkembangan Tabungan Domestik di Indonesia selama Periode 1990 – 2007 (dalam persen terhadap PDB)


Artikel lainnya:

No comments:

Post a Comment

 
(c) free template