Peluang Usaha Mandiri

Friday, July 1, 2016

MIICEMA 2016

Call for Papers

Malaysia Indonesia International Conference on Economics, Management and Accounting (MIICEMA) 2016

=========================================
Theme    : The Strategy For Improving Competitiveness to Win the ASEAN Economic Community (AEC)
Dates       : 24 – 25 October 2016
Venue      : Shang Ratu Hotel, Jambi, Indonesia
=========================================
Call for Papers click here
The Malaysia Indonesia International Conference on Economics, Management and Accounting (MIICEMA) is an Annual International Conference that gathers academics and practitioners from Malaysia, Indonesia and around the World to facilitate the presentation and sharing of research findings  and research prooposal for postgraduate program particularly in the areas of economics, management and accounting.
Numerous benefits have been achieved from the sharing of knowledge and building of working relationships through presentations of working papers after the organisation of 16 series of the conference. The conference has become an important platform for academics to share information regarding current issues and new economic and business challenges prevalent in both South East Asia and globally.
As a continuation of the memorandum of understanding between Universiti Kebangsaan Malaysia, Universitas Syiah Kuala, Institut Pertanian Bogor, Universitas Muhammadiyah Surakarta and Universitas Bengkulu as the founding institutions of MIICEMA, 2016 is witnessing once again the organising of the 17th MIICEMA. Following the tradition of the long-established friendship, the honour of becoming the main organiser and host to the 17th MIICEMA has now been transferred to University of Jambi,   through the Faculty of Economics and Business.
Through the organising of the conference, the research findings that will be presented by academics in various fields such as economics, management and accounting will surely become guides and models for other academics in developing the branches of knowledge and for the industry in managing and strengthening their businesses.
The chosen theme for this year MIICEMA is ” The Strategy For Improving Competitiveness to win the ASEAN Economic Community (AEC) ″. Global economic climate has been undergoing shocks that adversely affecting government and business organisations. The economic turmoil has been considered by few as the worst in the century that prudent and solid business strategies must make accurate market interpretation of both opportunities and constraints. Hence, the 17th MIICEMA aims to provide a platform for both academicians and practitioners to sit together and elaborate on these challenges.
Baca Selengkapnya..

Thursday, June 21, 2012

Telah Terbit Buku Ekonometrika Deret Waktu


Ekonometrika telah berkembang cukup pesat dalam 15 tahun terakhir,terutama dalam bidang analisis data deret waktu (time series ), termasuk data panel. Pengembangan teknik kointegrasi telah memungkinkan ekonometrikawan membuat suatu usaha serius untuk menangani masalah regresi semu/palsu dan data time series. Bersamaan dengan perkembangan ini, muncul metodologi yang disebut-sebut sebagai general-to-specific, yang dikombinasikan dengan penggunaan model-model koreksi sisaan (error correction models). Akan tetapi, perubahan ini umumnya tidak diungkapkan dalam buku teks pengantar ekonometrika untuk mahasiswa S1 atau S2.
Meskipun telah ada buku teks yang menyinggung tentang perubahan ini, umumnya pembahasannya hanya sepintas saja, walaupun materi pembahasan model regresi klasik sudah ketinggalan zaman dalam penggunaan data deret waktu. Dalam buku ini, penulis berusaha memberikan berbagai catatan yang tidak hanya mencakup topik terkini, tetapi juga, jika perlu, menggabungkan ide baru tersebut dengan materi yang klasik. Jadi, walaupun teknik-teknik yang dikembangkan dalam dekade terakhir dicakup terutama dalam lima bab terakhir dalam buku ini, bab-bab sebelumnya sering dibahas untuk mengantisipasi terhadap pembaruan-pembaruan ini.
Buku teks ini ditujukan bagi mahasiswa S1/S2 fakultas ekonomi. Namun demikian, buku ini berguna pula bagi mahasiswa S3 yang sedang belajar ekonometrika lanjutan.
Apa keunggulan buku ini ?
  1. Praktis, tersedia latihan dengan prosedur tahap demi tahap secara lengkap menggunakan program Eviews dan SPSS
  2. Disediakan powerpoint setiap bab, untuk memudahkan memahami isi buku dan membantu tenaga pengajar dalam mempersiapkan bahan kuliah. Download powerpoint di sini.
  3. Disediakan data latihan  dalam bentuk Excel untuk memudahkan mengikuti latihan dalam buku ini. Download data latihan di sini.

Baca Selengkapnya..

Tuesday, June 23, 2009

Rigiditas yg Fleksibel di Asia Timur: Pelajaran untuk Indonesia

I. PENDAHULUAN
Menurut ekonom neoliberal, fleksibilitas dalam perekonomian merupakan prasyarat yang dibutuhkan suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan. Hal ini ditunjukkan dalam kasus kebangkitan Asia Timur (terutama Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Hongkong) yang telah mengalami mengalami peningkatan yang tinggi dalam standar hidup penduduknya, meskipun dihadapkan dengan kendala kepadatan penduduk yang tinggi dan sumberdaya alam yang relatif miskin. Negara-negara ini juga menunjukkan kemampuan yang cepat dalam transformasi struktur produksi, memperbesar perandalam pasar dunia dan kemampuan dalam penyesuaian terhadap guncangan (shock) makroekonomi yang besar.
Fleksibilitas perekonomian Asia Timur selama beberapa dekade terakhir ini menurut ekonom neoliberal, merupakan hasil dari kebijakan “pasar bebas”, sehingga pelaku ekonomi mampu secara cepat merespon perubahan harga. Ekonom neoliberal sangat meyakini kemampuan mekanisme harga untuk mendorong penyesuaian yang cepat. Mereka memandang pembatasan-pembatasan yang diciptakan oleh pemerintah dan kelompok-kelompok kepentingan sebagai penyebab utama kesulitan ekonomi dalam banyak negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Menurut mereka, seluruh aturan, legislasi atau kelembagaan lainnya, lebih dari yang yang dibutuhkan untuk pasar adalah rigiditas yang menghalangi pergerakan sumberdaya ke dalam aktivitas yang lebih menguntungkan. Rigiditas semacam ini tidak hanya mengurangi kemampuan perekonomian untuk menyesuaikan guncangan eksternal tetapi juga mengurangi kemampuan menciptakan pertumbuhan dalam jangka panjang.
Namun demikian banyak studi terkini yang mengungkapkan bahwa perekonomian Asia Timur, khususnya tiga terbesar yaitu Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, pada dasarnya tidak berhasil dalam kebijakan pasar bebasnya. Negara-negara ini memiliki berbagai jenis rigiditas (kekakuan) dan intervensi pemerintah dalam perekonomiannya. Kebijakan industri sektoral mereka menyebabkan perusahaan-perusahaan menghadapi pembatasan untuk keluar-masuk industri, untuk memperluas dan kapasitas, untuk menetapkan harga dan memilih teknologi. Pasar keuangan mereka, khususnya sektor perbankan, memiliki regulasi yang sangat kuat, dengan subsidi bunga pinjaman pada sektor-sektor strategis tertentu. Aliran modal keluar dikendalikan secara ketat, dan seluruh investasi langsung dan pinjaman luar negeri masuk dirintis melalui pemerintah. Selanjutnya, meskipun pasar tenaga kerja dalam perekonomian ini sangat fleksibel, tetapi secara praktis juga terdapat intervensi pemerintah. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa pada dasarnya perekonomian Asia Timur memiliki banyak karakteristik yang tidak menggambarkan perekonomian pasar yang fleksibel seperti yang dikemukakan oleh neoliberal.

II. RIGIDITAS YANG FLEKSIBEL DI ASIA TIMUR

2.1. Pemikiran Mengenai Rigiditas yang Fleksibilitas
Jika seluruh pelaku ekonomi memiliki kemampuan yang tidak terbatas untuk menyerap dan mengolah informasi, maka mereka juga akan memiliki kemampuan yang tidak terbatas untuk memanfaatkan seluruh peluang yang menguntungkan. Namun demikian, dalam dunia nyata pelaku ekonomi umumnya memiliki kemampuan terbatas. Oleh karenanya perilaku dari pelaku ekonomi umumnya bersifat “bounded-rationality”, yaitu rasional berdasarkan keterbatasan informasi yang mereka miliki.
Pelaku ekonomi dengan “bounded rationality” membutuhkan aturan perilaku yang membatasi fleksibilitas mereka. Tingkat rigiditas tertentu “yang tidak dapat dihindarkan” ini merupakan prasyarat untuk berlangsungnya perekonomian modern yang kompleks secara lebih efisien.
Aturan-aturan yang menyebabkan rigiditas “yang tidak dapat dihindarkan ini”, bukan berarti tidak memerlukan upaya-upaya untuk memperbaikinya. Dalam hal ini tetap diperlukan perbaikan kelembagaan dan rancangan kelembagaan baru untuk memperbaiki rigiditas sistem perekonomian tersebut. Selain itu, juga diperlukan kombinasi optimal dari fleksibilitas dan rigiditas untuk keseluruhan sistem ekonomi.
Selain fakta perlunya rigiditas dalam kaitannya dengan “bounded-rationality” dari pelaku ekonomi, rigiditas juga diperlukan dalam konteks adanya trade-off tertentu antara fleksibilitas jangka pendek dan jangka panjang dalam perekonomian. Diperlukan aturan yang membatasi fleksibilitas individu dalam menanggapi perubahan jangka pendek, agar tidak mengurangi fleksibilitas perekonomian dalam jangka panjang.
Selanjutnya dalam konteks fleksibilitas individu dan nasional, ekonom neoliberal menganggap bahwa fleksibilitas maksimum dari ekonomi nasional dicapai melalui fleksibilitas maksimum untuk setiap pelaku. Namun, perilaku fleksibel dari beberapa pelaku dapat berakibat pada pengurangan keseluruhan fleksibilitas ekonomi nasional. Misalnya, dalam kasus pelarian modal (capital flight), dimana reaksi fleksibel individu terhadap kekacauan ekonomi nasional dapat mengakibatkan krisis valuta asing dan akhirnya menyebabkan turunnya investasi, dan akan mengurangi fleksibilitas ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang.
Dengan demikian, individu, perusahaan, atau sektor dalam perekonomian nasional mungkin bereaksi dalam cara yang paling fleksibel untuk mengubah lingkungannya, tetapi dengan akibat buruk untuk fleksibilitas ekonomi nasional secara keseluruhan. Jika terdapat konflik antara fleksibilitas individu dan nasional, maka yang diinginkan dari sudut pandang ekonomi nasional adalah membatasi fleksibilitas individu tersebut.
2.2. Rigiditas yang Fleksibel di Asia Timur
Salah satu tujuan dari intervensi negara di Asia Timur adalah untuk meningkatkan fleksibilitas jangka panjang dari perekonomian nasional melalui peningkatan kapabilitasnya, yang jika diperlukan dengan cara menekan fleksibilitas jangka pendek. Salah satu contoh adalah kebijakan mengembangkan industri “infant” yang strategis. Kebijakan semacam ini memberikan waktu dan sumberdaya untuk perusahaan dalam industri ini untuk mengakumulasi kemampuan teknologi melalui proses belajar.
Hal lainnya dalam menjelaskan rigiditas yang fleksibel di negara-negara Asia Timur adalah akibat pandangan dari pengambil kebijakan di Asia Timur mengakui bahwa jenis fleksibilitas individu tertentu dapat membahayakan fleksibilitas nasional, sehingga diperlukan tindakan untuk membatasi meluasnya fleksibilitas semacam ini melalui berbagai aturan dan intervensi pemerintah.
Satu contoh kebijakan semacam ini adalah membatasi arus keluar dari kapital. Dalam kondisi mobilitas tenaga kerja internasional yang terbatas, akan terdapat efek yang merugikan dari larinya kapital, dan karenanya negara melakukan pengontrolan untuk mengurangi kemampuan pemilik modal memaksimumkan kesejahteraannya melalui pergerakan modalnya antar negara.
Contoh lainnya, dalam kasus pengawasan import teknologi. Dalam kondisi teknologi yang saling terkait, membiarkan individu produsen memilih secara fleksibel teknologinya akan merubah struktur ekonomi dan akan menurunkan kemampuan keseluruhan dari sistem untuk bereaksi secara fleksibel terhadap perubahan situasi pasar dunia. Ini berarti bahwa, meskipun keinginan mereka untuk mengimpor teknologi luar negeri, pembuat kebijakan Asia Timur mengontrol teknologi impor secara hati-hati sesuai dengan proyek pembangunan nasional.
Faktor kunci lain yang penting untuk menjelaskan rigiditas fleksibel dari perekonomian Asia Timur adalah adanya pandangan perlunya tindakan politik dalam rangka proses perubahan struktural skala besar. Tindakan politik diperlukan karena dengan membiarkan kelompok produsen secara fleksibel melakukan realokasi sumberdaya, akan memungkinkan terjadinya berbagai konsekuensi sosial yang tidak dikehendaki. Oleh karenanya untuk menghindarkan konflik yang timbul dalam proses perubahan struktural skala besar, kebijakan industri di Asia Timur memasukkan secara terbuka elemen 'politik' dalam desain dan pelaksanaannya.

III. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas, terlihat bahwa umumnya kebangkitan dan kesuksesan beberapa negara-negara Asia Timur dalam perekonomiannya, bukan disebabkan kemampuan mereka menerapkan perekonomian yang fleksibel secara utuh sebagaimana yang dikemukakan oleh ekonom neolibeal, tetapi lebih disebabkan kemampuan mereka mengkombinasikan secara ideal fleksibilitas dan rigiditas (intervensi pemerintah) untuk keseluruhan sistem ekonomi untuk menjaga fleksibilitas nasional dan fleksibilitas jangka panjang perekonomian. Kemampuan mengkombinasikan ini yang menyebabkan negara-negara tersebut meskipun memiliki berbagai aturan dan intervensi pemerintah, tetapi perekonomiannya menjadi sangat fleksibel dalam menghadapi berbagai guncangan makro ekonomi.
Pengalaman ini seharusnya juga menjadi pelajaran bagi Indonesia dalam mengarahkan perekonomian nasionalnya.

Sumber: Disarikan dari Ha-Joon Chang,2006, The East Asian Development Experience The Miracle, the Crisis and Future. Zed Books. New York
Baca Selengkapnya..

Wednesday, June 3, 2009

Membuat Single Boxplot dengan SPSS

Jika pada tulisan sebelumnya kita telah membahas cara membuat boxplot dengan Minitab, pada tulisan kali ini akan membahas cara membuat boxplot dengan SPSS. Karenanya, untuk memahami tulisan ini, silakan baca terlebih tulisan berikut:
1. Mengenal Boxplot
2. Manual: Membuat Boxplot
3. Membuat Boxplot dengan Minitab
4. Membandingkan Dua Boxplot
Untuk latihan misalnya kita punya data pendapatan (dalam ribuan) pedagang kaki lima di pasar A. Jumlah sampel sebanyak 11 pedagang. Ketikkan data pendapatan tersebut pada worksheet SPSS seperti tampilan dibawah ini.

Banyak cara yang dapat digunakan dalam membuat boxplot tunggal pada SPSS. Kita pilih salah satu cara yang paling sederhana untuk dibahas berikut ini:
Setelah data diinput, kemudian klik Graph > Interactive > Boxplot. Akan muncul tampilan berikut:

Masukkan variabel A (variabel pendapatan pedagang) dari kotak sebelah kiri (tadinya) ke kotak sumbu vertikal dengan cara mendrag variabel tersebut.
Diatas kotak sumbu vertikal tersebut ada tiga icon. Icon pertama kita klik jika boxplot yang kita buat dalam bentuk vertikal. Icon kedua kita pilih jika boxplot yang kita buat dalam bentuk horizontal. Kemudian pada icon ketiga ada tiga pilihan, yaitu 2-D Coordinate, 3-D Coordinate dan 3-D Effect. Kita pilih saja 2-D Coordinate (untuk latihan bisa Sdr. utak-atik pilihan lainnya dan coba lihat hasilnya).
Pilihan-pilihan lain kita abaikan. Sekali lagi, silakan diutak-atik untuk melihat hasilnya.
Kemudian klik OK. Maka akan keluar output boxplot SPSS seperti berikut:

Ok. Cukup sekian dulu. Interpretasi dari output boxplot tersebut silakan baca tulisan-tulisan sebelumnya, seperti yang dicantumkan pada awal tulisan ini. Lihat juga tulisan berikut mengenai Membuat Multiple Boxplot dengan SPSS
Baca Selengkapnya..

Membuat Multiple Boxplot dengan SPSS

Jika pada tulisan sebelumnya kita telah membahas cara membuat single boxplot dengan SPSS, pada tulisan kali ini akan membahas cara membuat multiple boxplot dengan program yang sama. Yang dimaksud dengan multiple boxplot dalam tulisan ini adalah membuat lebih dari satu boxplot yang ditampilkan sekaligus dalam satu gambar/grafik.
Untuk memahami pembahasan dalam tulisan ini, silakan terlebih dahulu baca tulisan dalam blog ini mengenai:
1. Mengenal Boxplot
2. Manual: Membuat Boxplot
3. Membuat Boxplot dengan Minitab
4. Membandingkan Dua Boxplot
5. Membuat Single Boxplot dengan SPSS
Dalam latihan kali ini, hanya akan dibuat dua boxplot (untuk lebih dari dua boxplot, caranya sama saja). Untuk latihan misalnya kita punya data pendapatan (dalam ribuan) pedagang kaki lima di pasar A dan pasar B. Jumlah sampel masing-masing pasar sebanyak 11 pedagang. Ketikkan data pendapatan tersebut pada worksheet SPSS seperti tampilan dibawah ini.

Banyak cara yang dapat digunakan dalam membuat boxplot pada SPSS. Kita pilih salah satu cara yang paling sederhana untuk dibahas berikut ini:
Setelah data diinput, kemudian klik Graph > Legacy Dialogs > Boxplot. Akan muncul tampilan berikut:

Pada bagian atas ada dua kotak pilihan yaitu simple dan clustered. Pilihan clustered digunakan jika data kita selain terbagi atas dua variabel (dalam kasus misalnya pasar A dan pasar B) juga memiliki kategori lain yang ingin dianalisis (misalnya jenis barang dagangan dari pedagang pada masing-masing pasar). Sebaliknya pilihan simple kita gunakan jika dua variabel kita tidak memiliki kategori lain tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, dalam kasus ini kita klik kotak Simple.
Selanjutnya, pada Data in Chart Area, terdapat dua pilihan., yaitu Summaries for groups of cases dan Summaries of separate of variables.
Pilihan pertama kita ambil jika input data pendapatan (dalam contoh kita) disusun hanya dalam satu kolom, dan untuk membedakan pendapatan pedagang pasar A dan pasar B terdapat kolom (variabel) lainnya yang menunjukkan bahwa pendapatan tersebut adalah pendapatan pedagang pasar A atau pasar B.
Pilihan kedua kita ambil jika input data pendapatan (dalam contoh kita) dipisahkan menjadi dua variabel (kolom) yaitu kolom pendapatan pedagang pasar A dan kolom pendapatan pedagang pasar B.
Karena data yang kita input terpisah antara pendapatan pedagang masing-masing pasar, maka kita klik pilihan kedua.
Selanjutnya klik Define, akan muncul tampilan berikut:

Masukkan variabel A dan B dari kotak sebelah kiri (tadinya) ke kota Boxes Represent. Kemudian klik OK. Maka akan keluar output boxplot SPSS seperti berikut:

Ok. Cukup sekian dulu. Interpretasi dari output boxplot tersebut silakan baca tulisan-tulisan sebelumnya, seperti yang dicantumkan pada awal tulisan ini.
Baca Selengkapnya..
 
(c) free template