Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan memiliki andil besar dalam fungsinya sebagai tempat rujukan kasus-kasus yang tidak dapat ditangani baik ditingkat Puskesmas, Rumah Bersalin dan sarana/fasilitas kesehatan lainnya. Oleh karenanya, diperlukan keberadaan rumah sakit dengan kelengkapan sumberdaya manusia, fasilitas dan sarana lainnya yang memadai.
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan rumah sakit antara lain dengan melihat fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan tempat tidurnya, yaitu dengan membandingkan jumlah tempat tidur RS per 100.000 penduduk. Secara umum, ratio ideal adalah sebesar 75 tempat tidur per 100.000 penduduk.
Selain ratio tersebut, perkembangan rumah sakit juga dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan fasilitasnya. Berikut ini diberikan beberapa indikator tingkat pemanfaatan fasilitas tersebut, berikut contoh data dan analisis ringkasnya.
Contoh Data: Perkembangan Indikator Pelayanan RSU ABCD Tahun 2003- 2008
a. Bed Ocupation Rate (BOR)
Yaitu prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit, dengan standar normal 60 – 85 %
Pada tahun 2008, rata-rata penggunaan tempat tidur 13,84 %, sedangkan pada tahun 2003 3,92 %. Berdasarkan informasi tersebut, dapat dikemukakan bahwa meskipun telah terlihat peningkatan selama sebesar 9,92 % antara tahun 2003 ke tahun 2008, namun demikian tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit ini masih relatif rendah.
b. Lenght Of Stay (LOS)
Yaitu rata-rata lama perawatan seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan memberikan gambaran mutu pelayanan Rumah Sakit.
Rata-rata lama perawatan pasien pada tahun 2008 adalah 3,98 hari, tahun 2003 adalah 1,72 hari. Meskipun terdapat kenaikan LOS 2,26 hari, namun kondisi ini masih relatif lebih baik dibandingkan standar normal 6 – 8 hari.
c. Bed Turn Over (BTO)
Yaitu frekwensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satuan waktu tertentu tempat tidur Rumah Sakit terpakai. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur.
Sejalan dengan rendahnya BOR, nilai BTO di RS ABCD juga masih tergolong rendah yaitu hanya 8,3 kali. Hal ini terutama jika dibandingkan dengan standar normal antara 40 – 50 kali.
d. Turn Over Interval (TOI)
Yaitu interval penggunaan tempat tidur dari saat kosong sampai terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur.
Berdasarkan indikator TOI ini dapat dikemukakan bahwa selain masih rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur di RS ABCD, tingkat efisiensi penggunaan tempat tidurnya juga masih relatif rendah. Pada tahun 2008 nilai TOI selama 26,42 hari dan pada tahun 2003 selama 42,25 hari. Dengan kata lain, meskipun telah terjadi penurunan TOI (peningkatan efisiensi) namun masih berada di bawah standar normal yaitu 1 – 3 hari.
e. Net Death Rate (NDR) dan Gross Death Rate (GDR)
NDR yaitu angka kematian lebih dari 48 jam setelah di rawat untuk tiap 1000 penderita keluar, sedangkan GDR adalah angka kematian umum untuk tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran angka kematian total penderita keluar (hidup+mati). Kedua indikator ini dapat memberikan gambaran mutu pelayanan Rumah Sakit.
Berdasarkan kedua indikator ini dapat dikemukakan bahwa mutu pelayanan RS ABCD sudah relatif baik dan menunjukkan peningkatan kualitas pelayanan. Pada tahun 2008 nilai NDR adalah 0,5 0/00 sedangkan tahun 2003 sebesar 4,5 0/00. Angka relatif lebih baik dibandingkan standar normal 25 0/00 .
Demikian juga untuk nilai GDR. Pada tahun 2008 sebesar 0,3 0/00 sedangkan pada tahun 2003 sebesar 1,21 0/00 . Angka ini juga relatif lebih baik jika dibandingkan standar normal yang sebesar 45 0/00 .
Artikel lainnya:
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan rumah sakit antara lain dengan melihat fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan tempat tidurnya, yaitu dengan membandingkan jumlah tempat tidur RS per 100.000 penduduk. Secara umum, ratio ideal adalah sebesar 75 tempat tidur per 100.000 penduduk.
Selain ratio tersebut, perkembangan rumah sakit juga dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan fasilitasnya. Berikut ini diberikan beberapa indikator tingkat pemanfaatan fasilitas tersebut, berikut contoh data dan analisis ringkasnya.
Contoh Data: Perkembangan Indikator Pelayanan RSU ABCD Tahun 2003- 2008
a. Bed Ocupation Rate (BOR)
Yaitu prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit, dengan standar normal 60 – 85 %
Pada tahun 2008, rata-rata penggunaan tempat tidur 13,84 %, sedangkan pada tahun 2003 3,92 %. Berdasarkan informasi tersebut, dapat dikemukakan bahwa meskipun telah terlihat peningkatan selama sebesar 9,92 % antara tahun 2003 ke tahun 2008, namun demikian tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit ini masih relatif rendah.
b. Lenght Of Stay (LOS)
Yaitu rata-rata lama perawatan seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan memberikan gambaran mutu pelayanan Rumah Sakit.
Rata-rata lama perawatan pasien pada tahun 2008 adalah 3,98 hari, tahun 2003 adalah 1,72 hari. Meskipun terdapat kenaikan LOS 2,26 hari, namun kondisi ini masih relatif lebih baik dibandingkan standar normal 6 – 8 hari.
c. Bed Turn Over (BTO)
Yaitu frekwensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satuan waktu tertentu tempat tidur Rumah Sakit terpakai. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur.
Sejalan dengan rendahnya BOR, nilai BTO di RS ABCD juga masih tergolong rendah yaitu hanya 8,3 kali. Hal ini terutama jika dibandingkan dengan standar normal antara 40 – 50 kali.
d. Turn Over Interval (TOI)
Yaitu interval penggunaan tempat tidur dari saat kosong sampai terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur.
Berdasarkan indikator TOI ini dapat dikemukakan bahwa selain masih rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur di RS ABCD, tingkat efisiensi penggunaan tempat tidurnya juga masih relatif rendah. Pada tahun 2008 nilai TOI selama 26,42 hari dan pada tahun 2003 selama 42,25 hari. Dengan kata lain, meskipun telah terjadi penurunan TOI (peningkatan efisiensi) namun masih berada di bawah standar normal yaitu 1 – 3 hari.
e. Net Death Rate (NDR) dan Gross Death Rate (GDR)
NDR yaitu angka kematian lebih dari 48 jam setelah di rawat untuk tiap 1000 penderita keluar, sedangkan GDR adalah angka kematian umum untuk tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran angka kematian total penderita keluar (hidup+mati). Kedua indikator ini dapat memberikan gambaran mutu pelayanan Rumah Sakit.
Berdasarkan kedua indikator ini dapat dikemukakan bahwa mutu pelayanan RS ABCD sudah relatif baik dan menunjukkan peningkatan kualitas pelayanan. Pada tahun 2008 nilai NDR adalah 0,5 0/00 sedangkan tahun 2003 sebesar 4,5 0/00. Angka relatif lebih baik dibandingkan standar normal 25 0/00 .
Demikian juga untuk nilai GDR. Pada tahun 2008 sebesar 0,3 0/00 sedangkan pada tahun 2003 sebesar 1,21 0/00 . Angka ini juga relatif lebih baik jika dibandingkan standar normal yang sebesar 45 0/00 .
Artikel lainnya:
- Penduduk dan Pembangunan Ekonomi (3)
- Penduduk dan Pembangunan Ekonomi (2)
- Penduduk dan Pembangunan Ekonomi (1)
- Peranan Sumberdaya Ekonomi dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
- Sekilas Indikator Pemerataan Sarana dan Prasarana Pendidikan (2)
- Sekilas Indikator Pemerataan Sarana dan Prasarana Pendidikan (1)
- Sekilas Mengenai BPR
- Location Quotients (LQ) (Seri 2. Analisis Ekonomi Daerah)
- Mengenal Tipologi Klassen (Seri 1. Analisis Ekonomi Daerah)
- Perkembangan Celah Tabungan-Investasi di Indonesia
- Tabungan Domestik Indonesia: Perkembangan dan Volatilitas)
- Investasi di Indonesia: Perkembangan dan Volatilitas)
No comments:
Post a Comment